Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Keterangan yang disebutkan dalam al-Quran, bahwa Allah menurunkan Adam dari surga ke bumi, setelah dia memakan pohon larangan.
Allah berfirman,
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan. (QS. al-Baqarah: 36)
Sementara mengenai tempat di mana Adam diturunkan, tidak ada keterangannya sama sekali dalam al-Quran. Dan kami juga tidak menjumpai adanya hadis shahih yang menyebutkan hal ini. Memang ada beberapa hadis yang menyebutkan tempat turunnya Adam di Bumi, namun statusnya dhaif.
Seperti hadis,
نزل آدم الهند واستوحش
Adam turun di India dan beliau merasa asing.
Hadis ini diriwayatkan Ibnu Asakir dalam Tarikh Damaskun (7/437), dan statusnya dhaif. Sebagaimana keterangan dalam as-Silsilah ad-Daifah.
Hanya saja, ada beberapa keterangan para ulama mengenai tempat turunnya Adam. Namun karena tidak didukung dalil, keterangan mereka beraneka ragam. Al-Hafidz Ibnu Katsir menyebutkan sekitar 4 pendapat mengeai hal ini,
[1] Adam diturunkan di India, sedangkan Hawa diturunkan di Jedah. Ini pendapat Hasan al-Bashri
[2] Adam dan Hawa keduanya diturunkan di India.
[3] Adam diturunkan di satu daerah namanya Dahna, antara Mekah dan Thaif. Ini keterangan dari Ibnu Abbas sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim. Sementara diriwayatkan Imran bin Uyainah, Dahna adalah satu tempat di India.
[4] Adam diturunkan di Shafa dan Hawa diturunkan di Marwah. Ini merupakan keterangan Ibnu Umar menurut riwayat Ibnu Abi Hatim.
(Tafsir Ibnu Katsir, 1/237).
Terlepas dari semua pendapat di atas, kajian masalah ini masuk dalam ranah kajian masalah ghaib. Sementara kita tidak boleh berbicara masalah ghaib kecuali sebatas informasi yang diberitakan oleh pemilik kabar ghaib, Allah ta’ala atau melalui wahyu Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disamping mempelajari masalah ini tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi ketakwaan kita.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android.
Download Sekarang !!
KonsultasiSyariah.com didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia.
Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
- SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
- DONASI hubungi: 087 882 888 727
- REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
🔍 Masa Haid Menurut Islam, Waktu Adzan Isya, Surah Al Jin Dan Artinya, Doa Untuk Ibu Yang Sudah Meninggal, Doa Agar Barang Yang Dicuri Kembali