Pertanyaan:
Ustadz, sebenarnya makhluk yang disebut jin itu bagaimana?
Jawaban:
Alhamdulillah, ash-shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ‘ala alihi wa man walah, amma ba’du,
1. Jin Terkena Beban Syariat
Jin adalah salah satu makhluk Allah yang terkena beban syariat sebagaimana kita. Allah ta’ala berfirman:
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Ad-Dzariyat: 56).
Sehingga para jin wajib menjalankan perintah agama, menjauhkan diri dari larangan agama, mereka wajib beribadah, dan terkena hukum halal dan haram. Jika mereka beramal saleh, maka akan mendapatkan pahala dan masuk surga. Jika mereka beramal keburukan, maka akan mendapatkan dosa dan masuk neraka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
” فهم مأمورون بالأصول والفروع بحسبهم ، فإنهم ليسوا مماثلين الإنس في الحد والحقيقة ، فلا يكون ما أمروا به ونهوا عنه مساوياً لما على الإنس في الحد ، لكنهم مشاركون الإنس في جنس التكليف ، بالأمر والنهي ، والتحليل والتحريم ، وهذا ما لم أعلم فيه نزاعا بين المسلمين ” انتهى .
“Mereka para jin diperintahkan untuk menjalani ushul (akidah) dan furu’ (fikih) yang sesuai dengan mereka. Karena sifat mereka tidak serupa dengan manusia dalam batasan kemampuan dan hakekatnya. Sehingga apa yang diperintahkan kepada mereka tidak sama dengan apa yang diperintahkan kepada manusia dalam batasannya. Namun mereka sama seperti manusia dalam jenis pembebanan syariat. Mereka terkena perintah dan larangan serta halal-haram. Ini perkara yang tidak ada perselisihan di antara ulama” (Majmu’ Al-Fatawa, 4/233).
2. Perbedaan Setan dan Jin
Sebagian ulama mengatakan bahwa setan adalah satu golongan dari jin. Jin ada yang saleh dan ada yang sesat. Jin yang sesat itulah setan. Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar rahimahullah menjelaskan:
هذه مسألة ليس فيها نص، فآدم أبو البشر كما هو منصوص عليه، أما أن الشيطان أصل الجن أو هو واحد من الجن ولهم أصل غيره فالله أعلم، وقول الله {إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ} [الكهف:٥٠] هذه الآية محتملة أن يكون واحداً من الجن أو أن يكون أصلهم، وابن تيمية يرى أنه أصل الجن كما أن آدم أصل البشر
“Dalam masalah ini tidak ada nash yang tegas. Nabi Adam adalah bapak moyangnya manusia sebagaimana ditegaskan oleh nash. Adapun apakah setan itu bapak moyang jin ataukah setan itu salah satu golongan jin, dan setan punya bapak moyang tersendiri, wallahu a’lam. Adapun firman Allah ta’ala (yang artinya) “… kecuali iblis, dahulu ia bagian dari jin” (QS. Al-Kahfi: 50), ayat ini bisa bermakna setan itu satu golongan dari jin dan bisa juga bermakna setan itu bapak moyang jin. Sedangkan Ibnu Taimiyah berpandangan bahwa setan adalah bapak moyang jin sebagaimana Adam adalah bapak moyang manusia” (Durus Syaikh Umar Al-Asyqar, 2/15).
3. Jin Ada yang Saleh, Ada yang Sesat
Sebagaimana manusia, jin juga ada yang saleh dan ada yang sesat. Allah ‘azza wa jalla berfirman tentang jin:
وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا . وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا
“Jin berkata: Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam.” (QS. Jin: 14-15)
Bahkan yang saleh di antara mereka berbeda-beda tingkat kesalehan dan ketaatannya. Allah ta’ala berfirman di surat yang sama:
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang bermacam-macam.” (QS. Jin: 11)
Di kalangan jin juga terdapat firqah-firqah menyimpang. Al-A’masy (wafat 148H) rahimahullah berkata:
تروح إلينا جني-أي: جاء يزورني -فقلت لهم: ما أحب الطعام إليكم؟ قال: الأرز، قال: فأتيناهم به فجعلت أرى اللقم ترفع ولا أرى أحداً، فقلت: فيكم من هذه الأهواء التي فينا، أي: هل عندكم من هذه الفرق المختلفة مثل الرافضة والخوارج وما أشبه ذلك؟ قال: نعم، قلت: فما الرافضة فيكم؟ قالوا: شر
“Datang ke rumahku sekelompok jin. Maka aku bertanya kepada mereka: makanan apa yang paling kalian sukai. Mereka menjawab: nasi. Maka aku pun menghidangkan nasi kepada mereka. Lalu aku pun melihat suapan nasi melayang dan aku tidak melihat sosok siapapun. Kemudian aku bertanya: apakah di antara kalian ada ahlul ahwa‘ (ahlul bid’ah) sebagaimana yang ada pada kami (manusia)? Maksudnya, apakah di antara kalian ada kelompok semisal Rafidhah, Khawarij dan semisalnya? Mereka berkata: Iya, ada. Aku bertanya lagi: Bagaimana Rafidhah di tengah kalian? Mereka berkata: Mereka (Rafidhah) adalah yang terburuk” (Durus Syaikh Umar Al-Asyqar, 2/13).
4. Jin Tidak Terlihat oleh Manusia
Jin berada di alam gaib yang tidak terlihat oleh manusia. Allah ta’ala berfirman:
اِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ
“Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka” (QS. Al-A’raf: 27).
Sehingga manusia tidak boleh mengaku bisa melihat jin secara terus-menerus. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
عَنِ الرَّبِيعِ: سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ يَقُولُ: مَنْ زَعَمَ أَنَّهُ يَرَى الْجِنَّ أَبْطَلْنَا شَهَادَتُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ نَبِيًّا
“Dari ar Rabi’ ia berkata: aku mendengar Asy-Syafi’i pernah berkata: orang yang mengaku bisa melihat jin, maka kami menganggap batal persaksiannya kecuali kalau dia seorang Nabi” (Dinukil dari Tafsir Al-Manar, 7/438).
Maksudnya, orang yang mengaku melihat jin, menurut Imam Asy-Syafi’i dia adalah pendusta berat. Namun terkadang manusia bisa melihat jin jika jin menampakkan dirinya. Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar mengatakan:
فالجن لا نراهم ولكن هناك بعض الأحياء يرون الجن كما قال الرسول صلى الله عليه وسلم: (إذا سمعتم نباح الكلاب ونهيق الحمير بالليل فتعوذوا بالله من الشيطان، فإنهم يرون ما لا ترون)
“Maka jin itu tidak bisa kita lihat. Namun dalam beberapa keadaan, terkadang manusia bisa melihat jin. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam: “Jika kalian mendengar lolongan anjing dan ringkikan keledai di malam hari, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari setan. Karena mereka telah melihat apa yang kalian tidak lihat”” (Durus Syaikh Umar Al-Asyqar, 2/13).
5. Ada Tiga Golongan Jin
Dalam hadis dari Abu Tsa’labah Al-Khusyani radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
الجن ثلاثة أصناف : صنف لهم أجنحة يطيرون في الهواء وصنف حيات وكلاب وصنف يحلون ويظعنون
“Jin ada tiga golongan; satu golongan mempunyai sayap dan terbang di udara. Ada golongan lain berupa ular dan anjing. Dan ada golongan yang menempati suatu tempat dan sering berpindah-pindah.” (HR. Ath-Thahawi dalam Musykilatul Atsar, 4/95, dishahihkan Al-Albani dalam Tahqiq Misykatul Mashabih, 2/1206).
6. Tempat Tinggal Jin
Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar rahimahullah menjelaskan:
الجن يسكنون هذه الأرض التي نعيش فوقها ويكثر تواجدهم في الخراب و الفلوات ومواقع النجاسات كالحمامات والحشوش والمزابل والمقابر
“Jin tinggal di bumi yang sama yang kita tinggali ini. Dan mereka banyak berkumpul di bangunan-bangunan rusak, tempat-tempat yang lapang dan sepi, tempat-tempat yang banyak najis seperti toilet, kamar mandi, saluran air, dan kuburan” (Al-Madkhal ila Dirasatil Aqidah Al-Islamiyah, 209)
7. Jin Bisa Diperangi
Dari Tsabit (bin Aslam) dari Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah, ia berkata:
كَانَ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ يَقُولُ: قَدْ قَاتَلْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ. فَقِيلَ: هَذَا الْإِنْسُ قَدْ قَاتَلْتَ. فَكَيْفَ قَاتَلْتَ الْجِنَّ قَالَ: بَعَثَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلم إِلَى بِئْرٍ أَسْتَقِي مِنْهَا، فَلَقِيتُ الشَّيْطَانَ فِي صُورَتِهِ، حَتَّى قَاتَلَنِي فَصَرَعْتُهُ، ثُمَّ جَعَلْتُ أُدْمِي أَنْفَهُ بِفِهْرٍ مَعِي، أَوْ حَجَرٍ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ عَمَّارًا لَقِيَ الشَّيْطَانَ عِنْدَ بِئْرٍ فَقَاتَلَهُ، فَلَمَّا رَجَعْتُ سَأَلَنِي، فَأَخْبَرْتُهُ بِالْأَمْرِ. فَقَالَ: ذَاكَ شَيْطَانٌ
“Ammar bin Yasir berkata: aku pernah memerangi jin dan manusia bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Lalu ada yang bertanya: jika engkau pernah memerangi manusia (dalam peperangan) itu wajar, namun bagaimana maksudnya engkau memerangi jin?
Ammar mengatakan: suatu hari aku diutus oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk pergi ke sumur mengambil persediaan air minum darinya. Lalu aku melihat setan dalam bentuknya. Lalu setan itu menyerangku dan aku pun bergulat dengannya. Lalu aku lempar hidungnya dengan batu yang aku pegang. Di saat bersamaan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda bahwa Ammar bertemu setan di sumur dan membunuhnya. Ketika aku kembali, Rasulullah bertanya kepadaku, kemudian aku kabarkan semua itu kepada Rasulullah, dan beliau bersabda: itu adalah setan”.
(HR. Al-Baihaqi dalam Dalail an-Nubuwwah [7/124] dengan sanad yang shahih).
8. Tidak Ada Makhluk yang Bisa Menundukkan Jin setelah Nabi Sulaiman
Setelah Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, tidak ada makhluk yang bisa menundukkan bangsa jin. Yang ada adalah mereka bekerja sama dengan jin. Jin membantu manusia, dan manusia memberikan timbal-balik kepada jin.
Allah ta’ala berfirman:
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيْحَ تَجْرِيْ بِاَمْرِهٖ رُخَاۤءً حَيْثُ اَصَابَۙ وَالشَّيٰطِيْنَ كُلَّ بَنَّاۤءٍ وَّغَوَّاصٍۙ وَّاٰخَرِيْنَ مُقَرَّنِيْنَ فِى الْاَصْفَادِ
“Sulaiman berkata, “Wahai Rabb-ku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut (dimiliki) oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”. Maka, Kami menundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang ia kehendaki. (Kami menundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli membangun bangunan dan penyelam. (Begitu juga setan-setan) lain yang terikat dalam belenggu” (QS. Shad : 35-38).
Dari Abud Darda’ radhiallahu’anhu, ia berkata:
قَامَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ فَسَمِعْنَاهُ يقولُ: أعُوذُ باللَّهِ مِنْكَ، ثُمَّ قالَ ألْعَنُكَ بلَعْنَةِ اللهِ ثَلَاثًا، وبَسَطَ يَدَهُ كَأنَّهُ يَتَنَاوَلُ شيئًا، فَلَمَّا فَرَغَ مِنَ الصَّلَاةِ قُلْنَا: يا رَسولَ اللهِ، قدْ سَمِعْنَاكَ تَقُولُ في الصَّلَاةِ شيئًا لَمْ نَسْمَعْكَ تَقُولُهُ قَبْلَ ذلكَ، ورَأَيْنَاكَ بَسَطْتَ يَدَكَ، قالَ: إنَّ عَدُوَّ اللهِ إبْلِيسَ، جَاءَ بشِهَابٍ مِن نَارٍ لِيَجْعَلَهُ في وجْهِي، فَقُلتُ: أعُوذُ باللَّهِ مِنْكَ، ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ قُلتُ: ألْعَنُكَ بلَعْنَةِ اللهِ التَّامَّةِ، فَلَمْ يَسْتَأْخِرْ، ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ أرَدْتُ أخْذَهُ، واللَّهِ لَوْلَا دَعْوَةُ أخِينَا سُلَيْمَانَ لأَصْبَحَ مُوثَقًا يَلْعَبُ به وِلْدَانُ أهْلِ المَدِينَةِ
“Suatu hari ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam shalat, tiba-tiba kami mendengar Rasulullah mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah darimu!”. Kemudian Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga berkata: “Allah telah melaknatmu!” sebanyak tiga kali. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lalu menghamparkan tangannya seolah-olah beliau sedang menerima sesuatu. Ketika beliau selesai shalat, kami bertanya: “Wahai Rasulullah, kami mendengar engkau mengatakan sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya. Kami juga melihat engkau membukakan kedua tanganmu”. Rasulullah menjawab: “Barusan Iblis, musuh Allah, datang membawa anak panah api untuk ditancapkan di mukaku, lalu aku berkata: “Aku berlindung kepada Allah darimu” sebanyak tiga kali. Kemudian aku juga berkata: “Allah telah melaknatmu dengan laknat yang sempurna” sebanyak tiga kali, namun setan itu tidak juga mundur. Kemudian aku bermaksud untuk menangkapnya. Seandainya aku tidak ingat doa saudara kami, Nabi Sulaiman, tentu aku akan mengikatnya sehingga menjadi mainan anak-anak penduduk Madinah” (HR. Muslim no.542).
Wallahu a’lam, semoga Allah ta’ala memberi taufik.
Walhamdulillahi rabbil ‘alamin, wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.
Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.
***
URUNAN MEMBUAT VIDEO DAKWAH YUFID.TV
Yufid.TV membuka kesempatan untukmu, berupa amal jariyah menyebarkan ilmu yang bermanfaat. Kami namakan “Gerakan Urunan Membuat Video Yufid.TV”. Anda dapat menyumbang dalam jumlah berapa pun untuk membuat video Yufid.TV, Yufid Kids, dan Yufid EDU. Anda boleh sumbangan Rp 5.000,- atau kurang itu. Semoga ini menjadi tabungan amal jariyahmu, menjadi peninggalan yang pahalanya tetap mengalir kepadamu di dunia dan ketika kamu sudah di alam kubur.
Anda dapat kirimkan sumbangan urunanmu ke:
BANK SYARIAH INDONESIA
7086882242
a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Kode BSI: 451 (tidak perlu konfirmasi, karena rekening di atas khusus untuk donasi)
PayPal: [email protected]
Mari kita renungkan Surat Yasin Ayat ke-12 ini:
إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا۟ وَءَاثَٰرَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنَٰهُ فِىٓ إِمَامٍ مُّبِينٍ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan KAMI MENULISKAN APA YANG TELAH MEREKA KERJAKAN DAN BEKAS-BEKAS YANG MEREKA TINGGALKAN. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)
Apa bekas-bekas kebaikan yang akan kita tinggalkan sehingga itu akan dicatat sebagai kebaikan oleh Allah?
🔍 Talqin, Hukum Memakai Cincin Di Jari Tengah, Cara Mengatasi Orang Kerasukan, Arti Sighat, Klinik Ustad Danu, Doa Air Zamzam