إذا خلوا بمحارم الله انتهكوها
روى الإمام ابن ماجه في سننه عَنْ ثَوْبَانَ: عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: (لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا, قَالَ ثَوْبَانُ: يَارَسُولَ اللهِ! صِفْهُمْ لَنَا، جَلِّهِمْ لَنَا؛ أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ. قَالَ: أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ، وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ، وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ، وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللهِ انْتَهَكُوهَا)[رواه ابن ماجة في سننه].
Imam Ibnu Majah meriwayatkan dalam kitab “as-Sunan” dari Tsauban dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا, قَالَ ثَوْبَانُ: يَارَسُولَ اللهِ! صِفْهُمْ لَنَا، جَلِّهِمْ لَنَا؛ أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ. قَالَ: أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ، وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ، وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ، وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللهِ انْتَهَكُوهَا
“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada kaum-kaum dari umatku yang datang pada Hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya sia-sia.” Tsauban berkata; “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak menyadarinya.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian, dan dari golongan kalian, serta mereka Shalat Malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika menyendiri dengan apa yang diharamkan Allah, mereka segera melanggarnya.” (HR. Ibnu Majah dalam “as-Sunan”).
يخبر النبي صلى الله تعالى عليه وسلم عن أناس من أمته، لهم أعمال طيبة وحسنات متكاثرة، وصلوات وصدقات وقربات وأعمال بر صالحات وكثيرات.. حتى إنهم ليقومون الليل يصلون لله تعالى مما يدل على اجتهادهم في التعبد.. وأنهم قد جمعوا من عباداتهم وطاعاتهم أجورا كثيرة، وحسنات بلغت مبلغا عظيما حتى صارت كالجبال من كثرتها… ولكن.
أخبر صلوات الله وسلامه عليه أنهم إذا جاءوا يوم القيامة جعل الله هذه الحسنات هباءً منثورا.. ثم بيَّن عليه الصلاة والسلام السبب في حبوط هذه الأعمال أو ذهاب ثوابها وضياع أجورها فقال: كانوا (إذا خلوا بمحارم الله انتهكوها).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang segolongan orang dari umatnya yang memiliki begitu banyak amalan-amalan shaleh, kebaikan, shalat, sedekah, ibadah, dan amal-amal kebajikan yang melimpah. Bahkan mereka juga mendirikan Shalat Malam karena Allah Ta’ala; dan ini menunjukkan betapa kesungguhan mereka dalam beribadah. Mereka telah mengumpulkan banyak pahala dari ibadah dan ketaatan yang mereka kerjakan, serta kebaikan-kebaikan yang begitu besar hingga seperti gunung-gunung karena begitu banyaknya.
Namun, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabarkan bahwa ketika mereka datang pada Hari Kiamat, Allah menjadikan amal-amal kebaikan mereka itu sia-sia bagaikan debu yang berhamburan. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan sebab dari gugurnya amalan itu dan hilangnya pahala dan ganjarannya; beliau bersabda, “…tetapi mereka adalah kaum yang jika menyendiri dengan apa yang diharamkan Allah, mereka segera melanggarnya.”
ومحارم الله: كل ما نهى الله عنه نهي تحريم.
ومعنى انتهاك الحرمات هو: تناولها بما لا يحلّ، والمبالغة في خرق محارم الشّرع وإتيانها. . كسرقة، وغش، وخداع، ورشوة، وشرب مخدرات، أو شرب مسكرات، وفعل الفاحشة، ونظر إلى ما حرم الله من الصور العارية والأفلام الهابطة القذرة.
وقوله صلى الله عليه وسلم: (كانوا إذا خلوا بمحارم الله انتهكوها)، يدل على أنها عادة لهم، وأنهم كانوا يفعلون ذلك دائما. فيعتدون على حرمات الله في السر، ولا يحفظون حقوق الله، فهؤلاء سيئاتهم تذهب حسناتهم.
Yang dimaksud dengan (مَحَارِم اللهِ) yakni segala hal yang Allah larang dalam bentuk pengharaman. Sedangkan yang dimaksud dengan melanggar hal-hal yang diharamkan Allah yakni mengerjakan apa yang tidak halal tersebut, serta berlebihan dalam menerjang dan melakukannya; seperti dengan melakukan pencurian, penipuan, memperdaya, menyuap, mengonsumsi narkoba, minum minuman keras, melakukan zina, dan melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah seperti foto-foto dan video-video yang mengandung pornografi.
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “…tetapi mereka adalah kaum yang jika menyendiri dengan apa yang diharamkan Allah, mereka segera melanggarnya” menunjukkan bahwa perbuatan itu sudah menjadi kebiasaan mereka. Mereka selalu melakukannya. Mereka melanggar apa yang diharamkan oleh Allah secara diam-diam dan tidak menjaga hak-hak Allah. Mereka adalah orang-orang yang amal keburukannya menggugurkan amal kebaikannya.
يجعلها الله هباء منثورا
وأما حبوط الأعمال وذهاب ثوابها فقد قال بعض أهل العلم:
– إن الحديث إنما هو في أقوام عندهم نوع من النفاق فهم يصلون ويصومون، ولكن الذي أفسد أعمالهم هو النفاق ومرض القلب، فقد روى أبو نعيم في حلية الأولياء عن مالك بن دينار أن هذا الحديث في المنافقين قال: هو والله النفاق.. فأخذ المعلى بن زياد بلحيته فقال: صدقت والله أبا يحيى.
أي أنهم قوم منافقون فجَّار ماكرون، فهم أمام الناس من المصلين المحافظين، أما إذا غابوا عن الناس فجروا ومكروا فلم يرعوا لله وقارا، ولم يستحوا من ربهم في الوقوع في المحرمات وانتهاك الأعراض من السب والغيبة والنميمة، والظلم، والتعدي، على حقوق الآخرين، وغيره من الفواحش والمنكرات والمحرمات، فهم كما قال تعالى: {يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطاً}[النساء:108].
Allah Menjadikan Amal Kebaikan Mereka Bagaikan Debu yang Berterbangan
Adapun berkaitan dengan gugurnya amalan dan hilangnya pahala, sebagian ulama telah mengatakan bahwa:
- hadits ini berbicara tentang orang-orang yang punya sifat kemunafikan. Mereka mendirikan shalat dan berpuasa, tapi yang merusak amalan mereka adalah kemunafikan dan penyakit hati. Abu Na’im meriwayatkan dalam kitab “Hilyah al-Auliya” dari Malik bin Dinar bahwa hadits ini berkaitan dengan orang-orang munafik, ia berkata, “Demi Allah! Ini adalah tentang sifat munafik!” Kemudian al-Ma’la bin Ziyad memegang jenggotnya seraya berkata, “Demi Allah! Kamu benar, wahai Abu Yahya!”
Yakni mereka adalah orang-orang munafik dan pelaku maksiat serta suka melakukan tipu daya. Di hadapan orang banyak, mereka melaksanakan shalat dan menampakkan diri sebagai orang-orang yang menjaganya. Namun, apabila mereka telah terlepas dari pandangan banyak orang, mereka berbuat maksiat dan tipu daya, tidak menjaga kesantunan di hadapan Allah, dan tanpa rasa malu terhadap Tuhan mereka dalam mengerjakan hal-hal haram dan melanggar kehormatan orang lain seperti mencela, ghibah, namimah, zalim, melanggar hak-hak orang lain, dan berbagai perbuatan keji, mungkar, dan haram lainnya. Mereka sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta’ala:
يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطاً
“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nisa: 108).
– وقال بعضهم: إنما ورد الحديث في أقوام يراءون الناس بأعمالهم، كما في الثلاثة الذين هم أول من تسعر بهم النار، فإن الرياء محبط للعمل الذي أريد به غير وجه الله وليس لكل الأعمال، ولكن لما كان أكثر عملهم رياء، والله لا يقبل من العمل إلا ما أريد به وجهه، رد عليهم ما راءوا به الخلق وجعله هباء منثورا. فالله سبحانه وتعالى أكرم وأعدل من أن يحبط عمل أحد دون سبب، وأن يضيع أجر من أحسن عملاً، {إِنَّ اللهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ}[النساء:40]، وإنما رد أعمالهم لأنها رياء، وفي الحديث القدسي: (أنا أغنى الشركاء عن الشرك، من عمل عملا أشرك فيه معي غيري تركته وشركه)[رواه مسلم]، وفي رواية ابن ماجه: (فأنا منه بريء وهو للذي أشرك).
- Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa hadits tersebut berkaitan dengan orang-orang yang berbuat riya (pamer) dengan amalan mereka; sebagaimana hadits tentang tiga orang yang pertama kali dilemparkan ke dalam neraka. Hal ini karena riya dapat menggugurkan amalan yang diniatkan bukan karena ingin mengharap keridhaan Allah. Meskipun amalan mereka tidak seperti itu, tapi karena mayoritas amalan mereka atas dasar riya – sedangkan Allah tidak akan menerima amalan melainkan yang diniatkan untuk mencari keridhaan-Nya – maka Allah menolak amalan yang mereka pamerkan kepada makhluk itu, dan menjadikannya sia-sia bagaikan debu-debu yang berterbangan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pemurah dan Maha Adil, tidak mungkin menghapus amalan seseorang tanpa sebab atau menyia-nyiakan pahala orang yang telah beramal dengan baik. “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun hanya sebesar semut kecil…” (QS. An-Nisa: 40).
Hanya saja, Allah menolak amalan mereka karena itu didasari oleh riya. Dalam hadits Qudsi disebutkan:
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ فَمَنْ عَمِلَ لِي عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Aku (Allah) paling tidak butuh penyekutuan terhadap-Ku. Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang di dalamnya dia menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan mencampakkannya dengan sekutunya.” (HR. Muslim). Sedangkan dalam riwayat Ibnu Majah menggunakan redaksi:
فَأَنَا مِنْهُ بَرِيءٌ وَهُوَ لِلَّذِي أَشْرَكَ
“…maka Aku berlepas diri darinya, dan amalan itu bagi sekutunya.” (HR. Ibnu Majah).
– قال ابن رجب: “وقد يكون له سيئات تحبط بعض أعماله وأعمال جوارحه سوى التوحيد فيدخل النار.
وفي “سنن ابن ماجه” من رواية ثوبان مرفوعًا: “إنَّ مِنْ أمتي من يجيء بأعمال أمثال الجبال فيجعلها الله هباءً منثورًا”.
وفيه: “هم قومٌ من جلدتكم ويتكلمون بألسنتكم ويأخذون من الليل كما تأخذون ولكنهم إذا خلوا بمحارم الله انتهكوها”
- Ibnu Rajab berkata, “Bisa jadi seseorang (yang dimaksud dalam hadits tersebut) memiliki amal-amal keburukan yang menggugurkan sebagian amalannya yang lain dan amalan anggota badannya, selain ketauhidan; sehingga dia masuk neraka.”
- Dalam “Sunan Ibnu Majah” terdapat hadits yang diriwayatkan dari Tsauban secara marfu’:
إنَّ مِنْ أمتي من يجيء بأعمال أمثال الجبال فيجعلها الله هباءً منثورًا
“Sesungguhnya ada sebagian umatku yang datang (pada Hari Kiamat) dengan amalan-amalan seperti gunung-gunung, lalu Allah menjadikannya seperti debu berhamburan.” Lalu dalam hadits itu disebutkan:
هُمْ قَومٌ مِنْ جِلْدَتِكُمْ، وَيَتَكَلَّمُوْنَ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ، وَلَكِنَّهُمْ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللهِ انْتَهَكُوهَا
“Mereka adalah kaum dari dari golongan kalian, berbicara dengan bahasa kalian, serta mereka Shalat Malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka apabila telah menyendiri dengan apa yang diharamkan Allah, mereka segera melanggarnya.”
وهذا الحديث فيه تحذير شديد لمن لا يبالي بالوقوع في المحرمات متى خلا بها، ولا يقيم وزنا لرقابة الله واطلاعه عليه فهذا قد جعل الله سبحانه أهون الناظرين إليه، فلم يراقب ربه، ولم يخش خالقه، كما راقب الناس وخشيهم.
والذي يداوم على العصيان في الخلوة ويبارز الله بالمبالغة في إتيان الحرام “لم يقدّر الله حقّ قدره بل هان عليه أمره فعصاه، ونهيه فارتكبه، وحقّه فضيّعه، وذكره فأهمله، وغفل قلبه عنه، وكان هواه آثر عنده من طلب رضا الله، وطاعة المخلوق أهمّ من طاعته. فهو يستخفّ بنظر الله إليه، واطّلاعه عليه، وهو في قبضته، وناصيته بيده، ويعظّم نظر المخلوق إليه واطّلاعه عليه بكلّ قلبه وجوارحه يستحيي من النّاس ولا يستحيي من الله”.
وفي فعلهم هذا أيضا ما يدل على أن معرفتهم بالله مغلوطة، ولو عرفوا الله حق المعرفة لعلموا أنه مطلع عليهم عالم بما يفعلون يسمع ما يقولون ويرى ما يفعلون ولا يغيب عنه شيء مما يعملون، ف{إن الله لا يخفى عليه شيء في الأرض ولا في السماء}، {وهو معكم أينما كنتم والله بما تعملون بصير}. وفيه دليل على قلة حيائهم منه سبحانه وتعالى.
Dalam hadits ini terdapat peringatan keras terhadap orang yang tidak peduli dengan terjerumus ke dalam hal-hal haram apabila telah menyendiri; mereka sama sekali tidak memperhitungkan pengawasan Allah terhadapnya. Orang seperti ini telah menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Dzat yang melihatnya yang paling remeh baginya; sehingga dia tidak merasa diawasi oleh-Nya dan tidak takut terhadap Penciptanya; tidak seperti perasaannya diawasi oleh manusia dan ketakutannya terhadap mereka.
Orang yang terus menerus bermaksiat dalam kesendiriannya dan menantang Allah dengan senantiasa melakukan hal yang haram, tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya pengagungan. Bahkan justru dia meremehkan perintah Allah, sehingga dia berani bermaksiat kepada-Nya; meremehkan larangan-Nya, sehingga dia berani melanggarnya; meremehkan hak-Nya, sehingga dia berani melalaikannya; dan meremehkan zikir kepada-Nya, sehingga dia mengabaikannya dan hatinya lalai darinya. Dia lebih mementingkan hawa nafsunya daripada mencari keridhaan Allah. Dia menganggap ketaatan kepada makhluk lebih penting daripada ketaatan kepada Allah. Dia meremehkan pandangan dan pengawasan Allah terhadapnya; padahal dia berada di dalam genggaman-Nya, ubun-ubunnya berada di tangan-Nya. Di sisi lain, dia menganggap besar pandangan dan pengawasan makhluk terhadapnya dengan sepenuh jiwa dan raga. Dia malu terhadap manusia, tapi tidak malu terhadap Allah.
Perbuatan mereka ini juga menunjukkan bahwa pengetahuan mereka terhadap Allah keliru; karena seandainya dia mengenal Allah dengan benar, niscaya mereka mengetahui bahwa Allah Maha Melihat mereka, Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan, dan Maha Melihat apa yang mereka lakukan; tidak ada sedikitpun dari yang mereka kerjakan itu luput dari pengetahuan-Nya. Sebab, “Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak pula di langit.” (QS. Ali Imran: 5). “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid: 4).
ثم هو أيضا دلالة على قلة محبة الله في قلوبهم؛ فإن من أعظم علامات المحبة الموافقة للمحبوب فيما يحب ويكره، والطاعة له فيما يأمر وينهى. فكما قالوا: إنما المحبة الطاعة.
تعصى الإله وأنت تظهر حبه .. هذا محال في القياس بديع
لو كان حبك صادقا لأطــعته .. إن المحب لمن يحب مطيع
فهذا كله مما يقلل قدر الحسنات، ويجعلها لا تقاوم السيئات عند الموازنة والمحاصصة، فيهلك صاحبها، ولا ينتفع بثواب ما عمل انتفاع المؤمنين المخلصين.
Perbuatan mereka ini juga menunjukkan rendahnya rasa malu mereka terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selain itu, perbuatan tersebut juga menunjukkan rendahnya kecintaan kepada Allah dalam hati mereka; karena di antara tanda terbesar rasa cinta adalah mengikuti segala hal yang disukai dan dibenci oleh yang dicintai, dan menaatinya dalam setiap perintah dan larangannya. Sebagaimana diungkapkan, “Sesungguhnya rasa cinta adalah ketaatan.”
تَعْصِي الْإِلَهَ وَأَنْتَ تُظْهِرُ حُبَّهُ هَذَا مُحَالٌ فِي الْقِيَاسِ بَدِيْعُ
Kamu bermaksiat kepada Allah, sedangkan kamu menampakkan kecintaan kepada-Nya
Ini mustahil terjadi secara akal sehat
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقًا لَأَطَــعْتَهُ إِنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعُ
Seandainya cintamu itu tulus, niscaya kamu akan menaati-Nya
Karena orang yang mencintai akan menaati orang yang dicintainya
Ini semua adalah hal yang dapat mengurangi bobot amal kebaikan, dan menjadikannya tidak dapat mengimbangi bobot amal keburukan saat ditimbang; sehingga pemiliknya akan binasa dan tidak bisa mendapat manfaat dari pahala amal kebaikannya sebagaimana manfaat yang didapatkan orang-orang beriman yang ikhlas.
أما ارتكاب المعاصي في الخلوات أحيانا، وضعف النفس أمام شيء من الشهوات والمحرمات، من غير مداومة عليها، ولا إصرار على إتيانها، فلا يكاد يسلم منه أحد، إلاّ من عصمه الله، فمن كان هذا حاله فعليه بالإسراع بالتوبة وإتباع السيئة الحسنة ومثل هذا فيرجى ألا يكون داخلاً في ذلك الوعيد.
وعموما فالحديث فيه تخويف شديد من الوقوع في المنكرات، والاستهانة بذنوب الخلوات، وعدم الاغترار بالأعمال، والتساهل في اللمم والذنوب الصغيرات، فإنهن يجتمعن على العبد حتى يهلكنه.. نسأل الله أن يعاملنا جميعا بلطفه وفضله.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى أله وصحبه وسلم.
Adapun mengerjakan kemaksiatan dalam kesendirian sesekali, jiwanya tidak kuasa melawan di hadapan hawa nafsu dan perkara-perkara haram, tanpa melakukannya secara terus menerus; maka ini hampir tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya, kecuali orang yang telah dilindungi oleh Allah. Sehingga, barang siapa yang keadaannya seperti ini, maka hendaklah ia segera bertobat dan menyusul perbuatan buruknya itu dengan perbuatan baik. Orang yang seperti ini diharapkan tidak termasuk dalam ancaman yang disebutkan dalam hadits tersebut.
Secara umum, hadits ini mengandung peringatan keras dari terjerumus ke dalam kemungkaran, dan meremehkan dosa-dosa yang dilakukan dalam kesendirian. Juga peringatan untuk tidak terlena dengan amalan-amalan kebaikan, dan tidak meremehkan dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil akan terus terkumpul hingga membinasakan pelakunya.
Kita memohon kepada Allah agar memperlakukan kita semua dengan penuh kelembutan dan kemurahan. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad, dan kepada keluarga dan para Sahabat beliau.
Sumber: https://www.islamweb.net/ar/article/237394/إذا-خلوا-بمحارم-الله-انتهكوها
PDF Sumber Artikel.
🔍 Apa Itu Islam, Kurban Kambing Untuk Berapa Orang, Doa Beladiri, Hadits Tentang Mandi Junub, Ayam Berkokok Jam 10 Malam, Arti Pacaran Dalam Islam