AL-QURAN

Maksud Ayat “Sembahlah Allah Sampai Datang Yakin”

Pertanyaan:

Apa yang dimaksud dalam ayat yang berbunyi “Sembahlah Allah sampai datang yakin?”. Apakah berarti jika sudah yakin maka tidak perlu lagi beribadah? Mohon pencerahannya.

Jawaban:

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash-shalatu wassalamu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wasshahbihi ajma’in, amma ba’du.

Allah ta’ala berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin” (QS. Al-Hijr: 99).

Ayat ini tidak bermakna bahwa jika seseorang sudah yakin, maka tidak perlu lagi beribadah, sebagaimana pemahaman sebagian orang sufi. 

Al-yaqin dalam ayat ini maknanya adalah al-maut (kematian). Karena kematian adalah suatu hal yang pasti akan datang, sehingga disebut al yaqin. Ini ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadits dari Ummul ‘Ala, bibi dari Hizam bin Hakim, radhiyallahu’anhuma, ia berkata:

طَارَ لَنَا عُثْمَانُ بنُ مَظْعُونٍ في السُّكْنَى، حِينَ اقْتَرَعَتِ الأنْصَارُ علَى سُكْنَى المُهَاجِرِينَ، فَاشْتَكَى فَمَرَّضْنَاهُ حتَّى تُوُفِّيَ، ثُمَّ جَعَلْنَاهُ في أثْوَابِهِ، فَدَخَلَ عَلَيْنَا رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَقُلتُ: رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْكَ أبَا السَّائِبِ، فَشَهَادَتي عَلَيْكَ لقَدْ أكْرَمَكَ اللَّهُ، قالَ: وما يُدْرِيكِ قُلتُ: لا أدْرِي واللَّهِ، قالَ: أمَّا هو فقَدْ جَاءَهُ اليَقِينُ، إنِّي لَأَرْجُو له الخَيْرَ مِنَ اللَّهِ

“Utsman bin Mazh’un pernah mendatangi kami dalam sebuah hunian ketika orang Anshar sedang membagikan pembagian ghanimah untuk kaum Muhajirin. Ia (Utsman) mengeluhkan tentang sakitnya, lalu kami merawatnya hingga akhirnya ia meninggal. Kemudian kami mengkafaninya dengan kain-kainnya. Kemudian Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menemui kami. Dan aku (Ummul ‘Ala) berkata (kepada jenazah Utsman): “Semoga Allah merahmati engkau wahai Abu Sa`ib, aku bersaksi atas kebaikanmu, sungguh Allah telah memuliakanmu (dengan kehadiran Rasulullah)”. Nabi bertanya: “Dari mana engkau tahu Allah telah memuliakan Utsman?” Aku jawab: “Demi Allah saya tidak tahu wahai Rasulullah”. Nabi lalu bersabda: “Sungguh telah datang kepadanya al-yaqin (kematian), dan aku berharap ia mendapatkan kebaikan dari Allah” (HR. Al-Bukhari no. 7018).

Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyebutkan kematian dengan al-yaqin

Dan tafsiran ini juga kesepakatan seluruh ahli tafsir. Mereka semua sepakat bahwa al-yaqin maknanya adalah kematian. Al-Qurthubi menjelaskan:

قوله تعالى : واعبد ربك حتى يأتيك اليقين فيه مسألة واحدة : وهو أن اليقين الموت

“Firman Allah ta’ala [Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin] dalam hal ini hanya ada satu pendapat. Yaitu bahwa al yaqin maknanya adalah kematian” (Tafsir Al-Qurthubi, 13/264).

Maka makna ayat ini adalah perintah kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan juga umat beliau untuk beribadah selama masih hidup. Sebagaimana perkataan Nabi Isa ‘alaihissalam yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

“Allah telah menjadikan aku penuh keberkahan dimanapun aku berada, dan Allah telah perintahkan aku untuk shalat dan membayar zakat selama aku masih hidup” (QS. Maryam: 31).

Ayat ini juga bantahan untuk orang-orang sufi dan yang semisal mereka, yang memaknai secara keliru ayat di atas. Karena seorang Nabi saja diperintahkan untuk beribadah sampai wafat. Maka bagaimana mungkin orang yang bukan Nabi boleh berhenti beribadah ketika sudah mencapai derajat yakin? Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:

“Orang-orang malahidah (atheis) berdalil secara keliru dengan ayat di atas, karena menafsirkan al yaqin dengan al ma’rifah (mengenal). Jika seseorang sudah sampai pada derajat mengenal Allah maka gugur darinya beban syariat. Ini adalah kekufuran, kesesatan dan kejahilan. Karena para Nabi dan pengikutnya saja yang mana mereka adalah orang-orang yang paling mengenal Allah, bahkan mengenal hak-hak Allah dan sifat-sifat Allah, serta mengenal apa saja yang berhak diserahkan kepada Allah berupa pengagungan, mereka semua orang-orang yang paling maksimal dan paling banyak dalam beribadah kepada Allah. Bahkan mereka secara kontinu melakukan amalan-amalan kebaikan sampai mereka diwafatkan. Namun al-yaqin yang ada dalam ayat di atas maksudnya adalah kematian” (Tafsir Ibnu Katsir, 4/554).

As-Sa’di rahimahullah menjelaskan ayat di atas:

استمر في جميع الأوقات على التقرب إلى الله بأنواع العبادات، فامتثل صلى الله عليه وسلم أمر ربه، فلم يزل دائبا في العبادة، حتى أتاه اليقين من ربه صلى الله عليه وسلم تسليما كثيرا

“Rasulullah diperintahkan untuk terus-menerus beribadah kepada Allah di setiap waktu dengan berbagai jenis ibadah. Dan beliau melaksanakan perintah Rabb-nya tersebut. Beliau senantiasa dalam keadaan ibadah kepada Allah sampai datang kepadanya kematian dari Rabb-nya. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau” (Taisir Karimirrahman, hal. 435).

Wallahu a’lam, semoga Allah ta’ala memberi taufik.

Walhamdulillahi rabbil ‘alamin, washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.

***

Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.

Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.

REKENING DONASI:

BANK SYARIAH INDONESIA
7086882242
a.n. YAYASAN YUFID NETWORK (Kode BSI: 451)

🔍 Forum Tanya Jawab Islam Online, Menelan Sperma Dalam Islam, Ya Allah Tolonglah Aku Dari Hutang, Onani Dalam Hukum Islam, Hukum Memasang Batu Nisan Dalam Islam, Nelen Peju

QRIS donasi Yufid